God's lOve n WorDs, PraYer, aNd woRshiPPers...

God's lOve n WorDs, PraYer, aNd woRshiPPers...

About "aNak Poz"

kAmi ini aNak-aNak terAng...cIAhahahaha
seHat, soPan, dan tiDak jAhat,,,tHat'z aLL...ha9

bUAt anAk2 pOZ yang mau pOstIng iNfo roHAni terBAru, siLAhkan kirimkan lewat e-mail :
gkkbpurnama@gmail.com

sertakan pula foto ataupun video yang mendukung info tersebut,,,

info lOe2 seMUa paling lambat kami display dalam waktu 1 hari,,,
mAri kTa bEgbAGi bErkAt. . .
tHx,,,GBu

Saudara Sekandung


Bacaan hari ini: Kejadian 37:3,4, 19-32
Ayat mas hari ini: Kejadian 37:4
Bacaan Alkitab Setahun: Ester 4-7

Sebuah cerita humor. Seorang ibu sedang menggoreng donat untuk dua jagoannya; Gilang, 5 tahun, dan Adit, 3 tahun. Sebelum donat pertama matang, dua anak itu sudah berebut, siapa akan makan lebih dulu. Sang ibu yang ingin bersikap adil, memakai kesempatan itu untuk mengajar mereka. “Jika Yesus yang di sini, pasti Dia akan berkata, ‘Biar saudaraku makan dulu. Aku akan menunggu yang berikutnya.’” Mendengar itu, Gilang segera berpaling kepada adiknya dan berkata, “Adit, kamu yang jadi Yesus, ya!”

Perselisihan di antara saudara selalu ada. Saudara-saudara Yusuf yang cemburu, tak bisa akur dengannya. Menuduhnya tukang mimpi. Merencanakan hal buruk baginya (ayat 20). Tak mau menyebutnya “adik”, tetapi “anak ayah” (ayat 32). Jika dirunut ke belakang, ternyata sang ayah turut bersalah. Yakub menampakkan kasih istimewa kepada Yusuf, karena lahir dari istri terkasih, Rahel. Puncaknya, saat Yakub memberi Yusuf jubah mahaindah, di situ tampak kasihnya yang lebih (ayat 3,4).

Kisah ini menyatakan, betapa tak berguna orangtua menunjukkan kasih yang lebih kepada seorang anak ketimbang saudaranya. Orangtua mesti membuat setiap anak merasa istimewa. Yakni dengan menemukan keunggulan setiap anak. Lalu memberi dukungan demi menguatkan kelebihan itu. Lewat sikap dan ucapan yang membuatnya merasa berharga. Hingga ia tak perlu iri kepada saudaranya, yang mungkin memiliki kelebihan lain. Orangtua juga perlu membimbing anak sejak dini tentang pentingnya kasih-mengasihi; saling berbagi dan memperhatikan antarsaudara. Biarlah di antara saudara-bersaudara, kasih menjadi pengikat yang tak putus.

KARENA SETIAP ANAK BERHARGA, MAKA KASIH YANG PENUH ADALAH HAK MEREKA

Sumber : Aguntina Wijayani-www.renunganharian.net

Tugas Luhur


Bacaan hari ini: Kejadian 1
Ayat mas hari ini: Kejadian 1:28
Bacaan Alkitab Setahun: Ester 1-3

Setelah kekacauan musim, satu lagi dampak pemanasan global seperti yang diberitakan Kompas 26 Maret 2007 pada halaman depannya: bongkah es Antartika yang sudah terbentuk 1.500 tahun sebesar sepertiga luas kota Jakarta, pecah dan terlepas ke laut lepas. Bahaya ke depan adalah meningkatnya volume air laut. Akibatnya, banyak pulau akan tenggelam. Pemanasan global terkait erat dengan kelalaian manusia mengurus bumi.

Bumi dengan segala isinya diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang “sungguh amat baik” (ayat 31). Dan, kepada manusia diberikan tanggung jawab pengelolaannya (ayat 28). Sayangnya, kata “taklukkanlah” dan “berkuasalah” dalam ayat itu lalu disalahartikan. Seolah-olah itu adalah “surat izin untuk melakukan apa saja, sesuka-suka dan semau-mau kita” terhadap bumi. Padahal itu adalah sebuah penugasan luhur kepada kita, manusia, agar memelihara dan menjaga bumi. Kita memang boleh mengeksplorasinya, tetapi jangan mengeksploitasinya.

Untuk turut serta menjaga dan memelihara bumi, kita bisa memulainya dari diri kita sendiri dan dari hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan. Recycle, sebisa-bisanya hindari penggunaan benda-benda plastik yang sulit terurai secara alami. Reduce, kita perlu me­ngurangi penggunaan bahan bakar dan benda-benda yang bisa merusak lapisan ozon. Reuse, menggunakan kembali barang-barang yang ada untuk mengurangi sampah yang tidak perlu. Dan yang paling penting, kita bisa memulainya sekarang! Tidakkah kita rindu melihat bumi kita menjadi tempat tinggal yang aman dan nyaman?

Bumi ini adalah warisan untuk anak cucu; yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan

Sumber : Ayub Yahya-www.renunganharian.net

Penghancuran Citra Allah


Bacaan hari ini: Kejadian 9:1-7
Ayat mas hari ini: Keluaran 20:13
Bacaan Alkitab Setahun: Daniel 10-12

Pada era Hitler, prajurit Nazi mendatangi sebuah rumah sakit di Jerman yang dikepalai seorang dokter Lutheran. Mereka bermaksud menghabisi pasien-pasien yang tak berdaya, agar prajurit-prajurit yang terluka dapat dirawat. Menurut prajurit Nazi tadi, pasien-pasien itu sudah tidak memiliki harapan untuk disembuhkan, sehingga mestinya digantikan oleh orang-orang yang masih dapat ditolong. Sang dokter menahan mereka di pintu gerbang rumah sakit. Ia bersikeras menolak, “Orang-orang ini diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.”

Menurut Alkitab, manusia diciptakan secara berbeda dari alam dan ciptaan lainnya. Manusia adalah mahkota ciptaan Allah, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Keserupaan manusia dengan Allah ini mencakup kerohanian, moralitas, martabat, kecerdasan, dan kreativitas. Meskipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, citra Allah tetap ada padanya. Itulah sebabnya Allah secara tegas melarang manusia membunuh sesamanya karena pembunuhan berarti penghancuran citra Allah tersebut.

Bukan hanya dengan senjata, kita juga dapat “membunuh” seseorang dengan perkataan dan perlakuan. Pengertian akan citra Allah dapat menolong kita mengelakkan godaan itu. Ketika berinteraksi dengan sesama, kita berinteraksi dengan orang yang diciptakan oleh Allah. Seburuk apa pun orang itu, Allah juga menawarkan kehidupan kekal kepadanya. Allah mau kita mengenali dan menghormati citra-Nya di dalam diri setiap orang. Dengan begitu, kita mengambil bagian dalam pelayanan yang membawa kehidupan, bukan kematian.

Sikap kita terhadap sesama dan diri sendiri mencerminkan sikap kita terhadap Allah

Sumber : Arie Saptadji-www.renunganharian.net

Keberuntungan


Bacaan hari ini: Yeremia 32:36-44
Ayat mas hari ini: Yeremia 32:42
Bacaan Alkitab Setahun: Daniel 7-9

Banyak orang rela membayar mahal untuk mendapat nomor cantik bagi telepon atau plat mobilnya. Nomor cantik disukai karena unik dan mudah diingat, tetapi ada pula yang meyakini nomor itu bisa membawa keberuntungan! Seorang pria di Hongkong rela membayar lebih dari lima ratus juta rupiah untuk membeli plat mobil bernomor CCUE (baca: see see you yee). Dalam bahasa Kanton, kata-kata itu berarti “semua berjalan menurut keinginan seseorang”. Pemiliknya percaya, jika mengendarai mobil berplat nomor itu, keberuntungan menyertainya ke mana pun ia pergi.

Alkitab menyaksikan bahwa keberuntungan datang bukan dari nomor, barang, atau situasi tertentu. Tidak ada hari baik atau hari buruk. Waktu kota Yerusalem hancur karena perang, kelaparan, dan penyakit (ayat 36), Tuhan menegaskan semua itu terjadi bukan karena mereka tertimpa nasib sial, melainkan karena Tuhan murka. Umat tidak lagi hidup taat kepada Tuhan (ayat 37). Tuhan berjanji kelak mereka akan diberi hati yang takut akan Tuhan (ayat 40). Jika umat kembali taat, pasti keberuntungan akan datang (ayat 42). Pemulihan terjadi. Tanah tandus akan menjadi ladang subur yang diperebutkan orang (ayat 43,44). Apa yang tadinya merugikan bisa diubah Tuhan jadi menguntungkan!

Masihkah Anda percaya bahwa benda tertentu—semisal: roti atau air anggur perjamuan, bisa membawa keberuntungan? Masihkah Anda mencari “hari baik” saat hendak menentukan hari pernikahan? Di dalam Kristus, tidak ada hari yang layak disebut hari buruk atau nasib sial. Jika kita taat pada Tuhan, setiap hari adalah hari keberuntungan!

Keberuntungan ada di tangan Tuhan kita; tersedia bagi mereka yang menggenggam tangan-Nya

Sumber : Juswantori Ichwan-www.renunganharian.net

Pedih Perih Tuhan


Bacaan hari ini: Hosea 11:1-4
Ayat mas hari ini: Hosea 11:3
Bacaan Alkitab Setahun: Daniel 1-3

Bayangkan anak kita. Sejak kecil kita merawatnya dengan penuh kasih sayang. Kita tidak pernah lelah menjaganya; tidak pernah bosan memberinya segala sesuatu yang baik. Kita rela berkorban apa pun demi kebahagiaannya. Hingga ia tumbuh menjadi dewasa, sehat, dan kuat. Namun, apa balasannya? Ia justru memberontak terhadap kita, melakukan hal-hal buruk yang tidak kita harapkan. Bahkan ia juga pergi meninggalkan kita, mengikuti orangtua lain yang tidak jelas asal usulnya. Alangkah menyakitkan, bukan?

Tuhan pun merasakan hal serupa ketika umat-Nya, Israel, memberontak. “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu. Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku, mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung.” (ayat 1,2). Pedih dan perih. Mereka seolah tidak ingat lagi akan karya kasih-Nya di masa lalu; bagaimana Dia membebaskan mereka dari perbudakan di negeri Mesir, dan bagaimana Dia dengan kasih setianya yang begitu besar membimbing, menjaga, dan memelihara mereka selama masa pengembaraannya di padang gurun.

Bisa jadi kita kesal dan geleng-geleng kepala dengan “kedegilan” Israel. Sungguh tidak tahu diri. Namun, tidakkah kita pun kerap tidak jauh berbeda dengan mereka? Betul, kita tidak sampai menyembah patung-patung dan meninggalkan Tuhan, tetapi bahwa kita dengan sadar melakukan hal-hal yang menyakitkan-Nya, kita abaikan perintah-Nya, kita anggap sepi teguran-Nya, kita dahulukan hal-hal lain daripada-Nya, tidakkah itu sama dan serupa? Semoga kita segera insaf.

Masihkah kita terus menyakiti-Nya?

Sumber : Ayub Yahya-www.renunganharian.net

Kultus


Bacaan hari ini: Ulangan 34:1-12
Ayat mas hari ini: Mazmur 118:8
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 46-48

Satu pelajaran yang bisa diambil dari sejarah adalah bahwa tak ada seorang pun yang layak dikultuskan (didewakan). Sebab tak ada orang yang sempurna. Atau, dapat hidup selamanya. Namun, kesalahan ini terus terulang dalam sejarah, terutama ketika orang-orang besar muncul sebagai pemimpin. Ini tampak nyata dalam sebuah tayangan dokumenter tentang Korea Utara yang pernah saya saksikan. Korea Utara adalah negara komunis yang begitu mengagung-agungkan Kim Il Sung, pendiri negara mereka yang diberi gelar Presiden Abadi dan Pemimpin Agung. Namun pada 1994, ia meninggal dunia. Dalam tayangan tersebut diperlihatkan bagaimana rakyat menjadi begitu kacau ketika ia meninggal. Bahkan ada yang sangat putus asa dan bunuh diri mendengar kabar kematian sang pemimpin agung.

Melihat sepak terjang Musa dan kebergantungan orang Israel kepadanya, Musa pun sangat mungkin dikultuskan oleh bangsa Israel. Mungkin itu sebabnya mengapa Allah “menyembunyikan” makam Musa (ayat 6). Supaya bangsa Israel mampu terus berjalan bersama Tuhan (dan Yosua) memasuki tanah Kanaan serta menyadari bahwa Musa hanyalah alat Tuhan demi perwujudan rencana agung-Nya.

Di sekitar kita, mungkin ada orang yang berkarisma, mengagumkan. Mungkin seorang pemimpin masyarakat, rohaniwan, atau pembina. Walau demikian, tak seorang pun layak dikultuskan. Ingatlah, ia ciptaan Allah. Yang hadir di dunia sebagai “alat” demi terwujudnya rancangan Allah. Di sisi lain masing-masing kita mesti selalu ingat bahwa jika kita menjadi pribadi yang berarti, itu bukan demi keagungan diri sendiri, melainkan demi kemuliaan Allah.

Jika manusia menjadi hebat, pasti Tuhan punya rencana besar di mana ia harus terlibat

Sumber : Alison Subiantoro-www.renunganharian.net

Melihat yang Tak Terlihat


Bacaan hari ini: Ibrani 11:1-13
Ayat mas hari ini: Ibrani 11:1
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 43-45

Di tembok sebuah kamp konsentrasi tertulis sebuah puisi. “Aku percaya matahari ada, walau sinarnya tak terlihat. Aku percaya kasih ada, walau tak dapat diwujudkan. Aku percaya Tuhan ada, walau Dia tidak berbicara.” Tidak dikenal siapa penulisnya. Yang pasti, ia seorang tahanan yang beriman. Setiap hari ia melihat rekan-rekannya mati dibantai satu per satu. Cepat atau lambat, ia sendiri akan dapat giliran. Namun, di tengah suasana suram dan gelap, ia berusaha melihat yang tak terlihat: Tuhan!

Iman adalah keyakinan bahwa Tuhan ada dan berkarya dalam hidup kita (ayat 6), sekalipun buktinya belum terlihat. Waktu Nuh membuat bahtera di atas gunung, belum ada bukti bahwa air bah akan datang. Nuh taat karena beriman bahwa nubuatan Tuhan pasti terjadi. Waktu Abram meninggalkan kampung halamannya, ia sudah mapan. Buat apa pindah ke tempat baru yang lokasinya pun belum ia ketahui? Ia berangkat karena beriman bahwa janji Tuhan bukan pepesan kosong. Tanah perjanjian itu kelak pasti jadi miliknya! Masih banyak lagi orang yang seumur hidup berjuang menaati perintah Tuhan, walau belum pernah melihat Tuhan (ayat 13). Iman memampukan kita melihat apa yang belum atau tidak terlihat secara kasatmata.

Apakah Anda melihat banyak hal yang mengecewakan terjadi dalam hidup? Apakah situasi di sekitar Anda tampak suram? Adakah janji-janji Tuhan yang belum terlihat buktinya? Cobalah belajar melihat dengan mata iman. Jika kita bisa melihat apa yang tak terlihat, maka cara kita menghadapi setiap persoalan hidup pasti jadi berbeda!

iman adalah keyakinan bahwa tuhan pasti berbaik hati, walau jalan-jalan-nya belum kita pahami saat ini

Sumber : Juswantori Ichwan-www.renunganharian.net

Warung Kejujuran


Bacaan hari ini: Amsal 16:11-17
Ayat mas hari ini: Amsal 16:11
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 40-42

Putu Setia, dalam kolomnya di Koran Tempo, bertutur tentang “warung kejujuran” di lereng Gunung Batukaru, Bali, tempat pemukiman para petani kopi. Warung itu menjajakan makanan ringan dan rokok ketengan. Tidak ada penunggunya. Pembeli bisa mengambil apa saja, lalu membayar sesuai dengan harganya. Hebatnya, pemilik warung mengaku tidak pernah rugi. Para pembeli tidak pernah berutang. Mereka memasukkan sendiri uang bayaran ke kaleng bekas wadah biskuit. Pemilik warung berkomentar, “Kalau ada orang mengambil jajan di dalam stoples dan tidak membayar, kan sama saja dengan kuluk, hina sekali manusia itu.” Kuluk berarti anjing dalam bahasa setempat.

Alangkah menyenangkan jika setiap transaksi bisnis bisa berlangsung seperti itu! Entah kita membeli atau menjual, menghasilkan produk atau menawarkan jasa, kita dapat membedakan antara praktik yang jujur dan yang tidak jujur. Kadang-kadang kita tergoda untuk bertindak tidak jujur agar dapat lebih maju daripada saingan kita atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun, Tuhan menghendaki kita untuk bersikap seperti para pembeli di warung tadi.

Dalam terjemahan Alkitab versi New Living, nas hari ini berbunyi, “Tuhan menuntut neraca dan timbangan yang akurat.” Tuhan menuntut kejujuran. Jika kita ingin menaati Tuhan, tidak ada pilihan lain. Kita tidak dapat berdalih untuk membenarkan praktik bisnis yang menyimpang. Memang tidak selalu mudah, tetapi kita dapat meminta hikmat dan keberanian dari Allah agar secara konsisten dapat bersikap jujur.

Kejujuran adalah mata uang yang paling mahal

Sumber : Arie Saptadji-www.renunganharian.net

Ups, Mati Lampu!


Bacaan hari ini: Matius 5:14-16
Ayat mas hari ini: Matius 5:14
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 37-39

Kita sangat memerlukan penerangan. Lilin dan lampu senter. Kedua benda ini laris manis terjual saat listrik padam di sore atau malam hari. Menyusuri sudut-sudut rumah sendiri pun menjadi hal yang sulit saat tiada cahaya. Aktivitas sehari-hari berjalan lebih lamban. Mata bekerja lebih keras dalam gelap. Keindahan pun tak tampak lagi. Wow, alangkah penting penerangan itu!

Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kita adalah terang dunia. Dunia kita memerlukan terang! Setiap hari, dunia ini bertambah “gelap” dengan berbagai dosa; ego manusia menguat hingga menomorduakan Tuhan; nafsu keserakahan merajalela dengan menghalalkan segala cara; kebenaran dapat diputarbalikkan dengan cepat. Dalam keadaan seperti itu, Tuhan mengutus kita sebagai pembawa terang yang mengingatkan dunia akan kasih, kebenaran, dan keadilan. Tugas ini tidak mudah. Namun, kita harus menyadari bahwa bukan kita sendiri yang melakukannya, sebab terang yang kita bawa itu berasal dari Tuhan! Kita adalah pembawa terang Kristus.

Terang, membuat kita bekerja dengan lebih baik dan melangkah dengan lebih berani. Ia juga menghadirkan kehangatan, mengusir kebekuan. Saat ini, apakah Anda sudah menjadi pembawa terang bagi sekeliling Anda? Saat orang lain berlaku curang dan jahat, tetaplah berlaku adil dan baik. Saat ada kebekuan semangat, hadirlah sebagai terang yang menghangatkan. Saat ada orang lain meminta pertimbangan, berilah pendapat yang terbaik dengan dasar kebenaran. Dan, saat terang pada diri Anda mulai meredup, datanglah kepada-Nya, Sang Terang dunia yang sejati.

Terang itu harus tampak di tengah kegelapan dan tidak boleh menjadi serupa dengan gelap

Sumber : Helen Aramada Setyoputri-www.renunganharian.net

Jangan Menyerah


Bacaan hari ini: Lukas 5:17-20
Ayat mas hari ini: Lukas 5:20
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 34-36

Seluruh warga suku sangat khawatir karena hujan tidak juga turun. Mereka takut panennya akan gagal karena kekeringan. Akhirnya, kepala suku memanggil seluruh pawang hujan yang ada di daerah itu, mereka diminta untuk mengadakan tarian pemanggilan hujan. Ada sekitar sepuluh orang pawang yang mengikuti upacara itu. Hari pertama hujan belum juga turun. Bahkan sampai satu minggu belum juga terlihat tanda-tanda hujan akan turun. Setengah dari pawang hujan itu mulai menyerah. Warga juga mulai resah melihat hal itu.

Dua minggu berlalu, tinggal tersisa tiga orang pawang yang masih terus menari memanggil hujan. Namun, saat menginjak minggu ketiga, tinggal satu orang pawang saja yang masih tersisa. Warga menunggu dengan perasaan cemas. Setelah satu bulan, tiba-tiba hujan turun dengan deras; warga pun sangat gembira. Lalu kepala suku memanggil pawang itu untuk memberikan hadiah, sambil bertanya “Apa rahasianya, sehingga kamu berhasil memanggil hujan? Padahal teman-temanmu yang lain sudah menyerah.” Lalu pawang hujan itu berkata, “Rahasianya, saya tidak akan berhenti menari sampai hujan turun.”

Firman Tuhan hari ini berkisah tentang empat orang yang menggotong orang lumpuh kepada Yesus. Mereka menunjukkan semangat pantang menyerah untuk mencapai tujuan. Mereka mengusung temannya; berusaha membawa temannya masuk; naik ke atap; lalu membongkar atap dan menurunkan orang itu. Hasilnya, Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu. Sebuah keuletan cepat atau lambat akan mendatangkan hasil. Saat kegagalan datang apakah kita akan menyerah? Bangkitlah dengan iman, dan berusahalah terus.

Orang berhasil bangkit satu kali lebih banyak daripada kegagalannya

Sumber : Gloria Karniharja-www.renunganharian.net

Menaruh Hormat


Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 5:12-15
Ayat mas hari ini: 1 Tesalonika 5:12
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 28-30

Menurut H.B. London, tokoh “Focus on the Family”, kehidupan para hamba Tuhan diwarnai empat hal: kesepian, rasa terisolasi, rasa tidak aman, dan rasa tidak mampu. Penyebabnya, mereka dituntut banyak, tetapi dihargai terlalu sedikit. Mereka harus terlihat “tanpa dosa”. Sedikit berbuat kesalahan membuatnya jadi bahan omongan. Sebaliknya, kerja keras dan pengorbanannya kerap dianggap biasa. Sudah lumrah. “Miskinnya pujian dan penghargaan membuat 80% pendeta pernah berpikir pindah dari gerejanya,” ujar Jane Rubietta, penulis buku Bagaimana Memperhatikan Pendeta yang Anda Kasihi.

Rasul Paulus mengajak jemaat Tesalonika menghormati para pemimpin yang telah berjerih payah membimbing mereka mengenal Kristus. Para pemimpin itu tidak selalu tampil simpatik. Kadang mereka harus menegur jemaat yang hidup tidak tertib (ayat 12,14). Sebuah teguran bisa menyakitkan. Membuka aib. Yang ditegur bisa terpancing untuk balas melukai hati pemimpinnya. Paulus melarang sikap itu. Ia meminta jemaat terus mendukung pemimpin mereka dalam kasih dan damai (ayat 13). Jemaat diminta menaruh hormat bukan karena pribadi sang pemimpin, melainkan karena mereka melakukan pekerjaan yang Tuhan percayakan kepadanya.

Sudahkah Anda menaruh hormat pada mereka yang telah memimpin Anda mengenal Kristus? Mungkin mereka adalah para hamba Tuhan, sahabat rohani, orangtua, atau pembimbing rohani Anda. Bagaimana Anda bisa menunjukkan rasa respek dan dukungan secara nyata? Mana yang lebih sering Anda lakukan: menghargai atau mencela mereka?

PARA HAMBA TUHAN BUKAN MANUSIA TANPA KESALAHAN. MEREKA ORANG KRISTIANI YANG TENGAH BERJUANG MELAYANI TUHAN

Sumber : Juswantori Ichwan-www.renunganharian.net

Akhirnya Menang


Bacaan hari ini: Wahyu 12:10-12
Ayat mas hari ini: Wahyu 12:11
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 25-27

Sejumlah mahasiswa kristiani bermain basket di lapangan kampusnya. Pak Haryo, tukang kebun setempat, duduk di tepi lapangan, asyik membaca Alkitab. “Baca apa, Pak?” tanya seorang mahasiswa. “Kitab Wahyu,” jawab Pak Haryo. “Kitab Wahyu? Memangnya Bapak mengerti isinya?” tanya mahasiswa itu lagi. “Yah, menurut kitab ini, Tuhan Yesus pada akhirnya menang.”

Sebuah tafsiran kitab Wahyu yang lugas dan jitu. Kitab terakhir ini memang memaparkan kemenangan final Tuhan Yesus atas musuh-Nya. Dan, orang-orang yang telah ditebus-Nya turut ambil bagian dalam kemenangan tersebut. Nas kali ini menunjukkan tiga hal yang memampukan orang-orang kudus mengalahkan Iblis. Darah Anak Domba. Dasar kemenangan mereka ialah Kristus dan karya penebusan-Nya di kayu salib. Setiap orang yang berpaut kepada Yesus Kristus akan mampu melawan dan menundukkan Iblis (1Yohanes 5:4-6).

Perkataan kesaksian. Aktivitas iman mereka ialah memberitakan firman Allah; baik melalui perkataan maupun perbuatan. Dengan memahami, memercayai, dan menerapkan firman Allah secara konsisten, orang percaya akan berhasil membungkam dakwaan dan godaan Iblis. Tidak mengasihi nyawa sampai ke dalam maut. Inilah sikap iman yang menjungkalkan Iblis. Orang percaya menyadari hidup ini hanya sementara, sekaligus tempat pelatihan dan persiapan menuju kekekalan. Mereka siap untuk mengorbankan waktu, tenaga, harta, dan bahkan jika perlu nyawa, demi menyebarluaskan firman Allah. Apakah Anda memiliki ketiga hal tersebut?

ORANG-ORANG PERCAYA MENJADI PEMENANG BERDASARKAN KEMENANGAN YANG TELAH DIRAIH YESUS KRISTUS

Sumber : Arie Saptadji-www.renunganharian.net

Mata Ganti Mata


Bacaan hari ini: Matius 5:38-42
Ayat mas hari ini: Matius 5:39
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 22-24

Pak Bono, seorang guru desa, tengah berbicara kepada orang banyak. Tiba-tiba seorang pemuda melemparkan kentang tepat mengenai kepalanya. Orang-orang terdiam menahan napas. Pak Bono memungut kentang itu dan beranjak pergi. Beberapa bulan kemudian, ia mengunjungi rumah pemuda itu. Setelah mengetuk pintu, Pak Bono menyodorkan sebuah karung sambil berkata, “Beberapa waktu lalu Anda melemparkan kentang. Saya memungutnya dan menanamnya. Saya kemari ingin berterima kasih dan membagi hasil panennya dengan Anda.”

Bacaan Alkitab hari ini adalah bagian dari Khotbah di Bukit. Di sana Tuhan Yesus mengutip salah satu hukum tertua di dunia: “mata ganti mata, gigi ganti gigi”. Hukum pembalasan tersebut, atau Lex Talionis, terdapat dalam kitab hukum Hammurabi, Raja Babel pada tahun 2285-2242 SM. Namun, Tuhan Yesus mengajarkan hal yang sama sekali berbeda, yaitu Anti-Lex Talionis. Ungkapan “berilah pipi kiri kepada orang yang menampar pipi kanan” adalah sebuah kiasan. Maknanya, Tuhan Yesus menginginkan para pengikut-Nya menghindari sikap “mata ganti mata”; tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan, kebencian dengan kasih, sumpah serapah dengan berkat. Balas dendam hanya akan memicu hal-hal buruk lainnya. Seumpama mata rantai, keburukan harus “diputus” dengan kebaikan.

Maka, baiklah kita membuang jauh-jauh niat menuntut balas kepada orang yang menyakiti kita. Sebaliknya, tetap upayakan kebaikan untuknya. Seperti yang dilakukan Pak Bono dalam cerita di atas. Sikap ini jauh lebih mendatangkan berkat dan sukacita.

Air susu dibalas air tuba itu tindakan pengecut. Air tuba dibalas air susu itu tindakan kristiani

Sumber : Ayub Yahya-www.renunganharian.net

Berbela Rasa


Bacaan hari ini: Roma 12:9-16
Ayat mas hari ini: Roma 12:15
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 15-18

Dua orang ibu mengobrol di sekolah seusai mengambil rapor anaknya. “Bagaimana hasilnya, Bu Diah?” tanya Ibu Dewi. Spontan Ibu Diah menceritakan prestasi anaknya dengan penuh semangat. Selain menjadi juara pertama, anaknya mendapat beasiswa untuk studi lanjut di luar negeri. Dengan bangga, Ibu Diah menceritakan kehebatan anaknya. Tak lupa ia sisipkan kiat-kiat jitunya dalam mendidik. Ibu Dewi diam saja, sampai Ibu Diah bertanya, “Bagaimana dengan anakmu?” Dengan sedih Ibu Dewi menjawab singkat, “Yah, anak saya tidak naik kelas.” Lalu, ia pergi.

Kita bisa menyakiti hati orang lain tanpa kita sadari. Utamanya saat kita menempatkan diri sendiri “lebih” dari mereka. Tak jarang dalam percakapan, orang asyik membicarakan kehebatan dirinya, agar dipandang terhormat. Saat diri sendiri dijadikan pusat perhatian, kita buta akan suasana hati orang lain! Rasul Paulus berpesan agar kita “saling mendahului dalam memberi hormat”. Yang ia maksud bukan sekadar menyapa lebih dulu, melainkan menempatkan orang lain di tempat utama. Saat berbicara, fokuskan perhatian sepenuhnya pada lawan bicara; pahami maksudnya; rasakan pergumulannya; baca suasana hatinya; tempatkan diri dalam posisinya. Dengan cara itulah kita mampu berbela rasa. Bisa menangis dan tertawa bersama mereka. Itulah kasih sejati yang tidak pura-pura.

Cobalah periksa pola bicara kita akhir-akhir ini. Apakah kita suka mengarahkan pembicaraan pada diri sendiri? Berapa banyak kata “aku” yang kita ucapkan saat bicara? Jika jumlahnya terlalu banyak, ayo kurangi. Hari ini belajarlah berbela rasa.

JADIKAN ORANG LAIN PUSAT PERHATIAN, BUKAN SEKEDAR PEMAIN FIGURAN

Sumber : Juswantori Ichwan-www.renunganharian.net

Melangkah dari Masa Lalu


Bacaan hari ini: Keluaran 14:10-22
Ayat mas hari ini: Pengkhotbah 7:10
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 12-14

Kehidupan kita seperti roda yang selalu berputar; selalu maju. Masa lalu tidak dapat diulang lagi. Namun begitu, kita kerap membandingkan keadaan yang terjadi di setiap masa. Misalnya, seingat saya, pada 1990-an, harga gula pasir sekitar Rp900,00/kg. Kini, harganya hampir sepuluh kali lipat! Maka, tidak heran jika ada orang yang berharap untuk kembali ke masa lalu, ketika harga lebih murah, pemikiran lebih sederhana, dan tuntutan hidup yang memicu stres tidak setinggi saat ini.

Pengalaman ingin kembali ke masa lalu juga pernah dialami bangsa Israel ketika Musa memimpin mereka keluar dari Mesir. Di depan mereka terhampar Laut Teberau. Di belakang mereka pasukan Mesir mengejar. Dalam situasi itu, orang Israel berkata kepada Musa, “Lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir daripada mati di padang gurun ini” (ayat 12). Mereka ingin kembali, padahal Tuhan membebaskan mereka untuk mengalami hal yang lebih indah di depan! Perjalanan keluar dari Mesir juga dipakai Tuhan untuk menuntun Israel selangkah lebih dekat pada penggenapan rencana-Nya: masuk tanah perjanjian. Namun, orang Israel sudah terbuai kenyamanan di Mesir sebagai budak.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga berpikir seperti bangsa Israel yang memilih tinggal di masa lalu karena “nyaman”? Tuhan menuntun Israel keluar dari Mesir untuk mengajarkan hal baru yang berharga. Demikian juga Dia menuntun kita melangkah maju setiap hari, untuk mengalami kuasa-Nya yang luar biasa. Jangan kecut dan tawar hati, sebab walau tantangan hidup bertambah, penyataan kuasa Tuhan juga semakin bertambah. Maka, nikmatilah hidup yang Tuhan hadirkan setiap hari. Dan majulah bersama Tuhan!

Masa lalu diberikan Tuhan menjadi pelajaran berharga, bukan sebagai bayang-bayang menyesakkan bagi hidup masa kini

Sumber : Helen Armada Setyoputri-www.renunganharian.net

Berpakaian yang Pantas


Bacaan hari ini: Maleakhi 1:6-14
Ayat mas hari ini: Maleakhi 1:6
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 4-7

Pak Tirta diundang Pak Bupati berkunjung ke rumahnya. Tentu saja ia sangat antusias. Dua hari sebelumnya ia sudah mempersiapkan diri; mencukur rambutnya, membeli kemeja batik baru, menyemir sepatunya. Ia tidak mau berpakaian apa adanya, sebab bisa-bisa Pak Bupati menganggap ia tidak menghormatinya. Begitulah, ketika kita akan berkunjung ke rumah seseorang yang kita hormati, kita akan berusaha tampil “prima”, tidak asal-asalan.

Alangkah baiknya kalau “prinsip” demikian diberlakukan juga ketika kita beribadah di gereja. Bukan berarti kita harus selalu berpakaian baru, tetapi setidaknya berusahalah tampil baik. Minimal rapih dan bersih. Sayangnya selalu saja ada orang yang datang ke gereja dengan berpakaian seperti kalau mau jalan-jalan ke mal, atau bahkan ke pasar. Mungkin mereka beralasan, Tuhan menilai hati bukan pakaian. Tidak salah, tetapi jangan lupa, apa yang tampak dari luar biasanya merupakan cerminan yang ada di dalam hati.

Umat Tuhan mendapat teguran keras melalui Nabi Maleakhi. Mereka telah mempersembahkan korban secara sembarangan dan asal-asalan (ayat 7,8). Bisa jadi mereka juga berpikir, Tuhan tidak melihat wujud dari persembahan itu. Namun, ternyata tindakan mereka mengundang murka Tuhan, sebab mereka telah menunjukkan sikap tidak hormat dan menghargai Tuhan, Sang Raja di atas segala raja (ayat 14). Hal ini bisa jadi pelajaran buat kita. Ketika kita akan datang ke rumah Tuhan, nilailah dulu, apakah yang kita kenakan itu cukup pantas dan sopan untuk hadir di hadirat Sang Raja Mahakudus.

PENAMPILAN YANG PANTAS TIDAK HARUS BAGUS DAN MAHAL. CUKUP TIDAK MENJADI BATU SANDUNGAN BAGI ORANG LAIN

Sumber : Ayub Yahya-www.renunganharian.net

Penerimaan


Bacaan hari ini: Roma 15:1-7
Ayat mas hari ini: Roma 14:1
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 1-3

Mirna dan Jack hidup dalam obat bius, pesta-pora, dan kumpul kebo. Mirna mengira orangtua Jack pasti sangat membencinya. Ia keliru. Pada malam Natal, mereka berdua diundang makan bersama keluarga Jack. Mirna memakai kostum ala penyanyi rock dengan tato di tangan, tetapi orangtua Jack tetap bersikap ramah. Ibu Jack sering menelepon sesudah itu. Memberinya nasihat rohani. Mulanya Mirna mencibir. Suatu hari kecanduannya makin parah. Mirna merasa sangat ketakutan, lalu menelepon si ibu. Orangtua Jack datang bersama pendeta, mendoakan dan memeluknya. Ia terharu sekali karena merasa diterima. Sejak itu Mirna dan Jack menerima Kristus.

Dalam pergaulan sehari-hari, kerap kita jumpai orang yang imannya lemah. Ada yang masih percaya takhayul, gaya hidupnya duniawi, atau terikat dosa tertentu. Banyak pula yang belum beriman, bahkan mencela Kristus. Bagaimana sikap kita? Menghakimi dan menjauhi mereka? Rasul Paulus menantang kita untuk menerima mereka apa adanya (ayat 7), sebagaimana Kristus telah menerima kita. Menerima bukan berarti menyetujui perbuatan dosanya, melainkan “menanggung kelemahannya” (ayat 15). Artinya, berusaha menanggung rasa tidak nyaman ketika menghadapi kelemahannya, sambil berdoa dan berusaha membangun imannya.

Menerima orang seperti Mirna tidaklah mudah. Lebih gampang meninggalkan orang bermasalah seperti dia, lalu bergaul dengan kawan seiman yang lebih menyenangkan. Di sini dibutuhkan penyangkalan diri, kesabaran, dan kerendahan hati. Namun, percayalah: penerimaan Anda akan menyentuh hidup mereka!

SEBUAH PENERIMAAN YANG TULUS MEMBUAT JALAN MENUJU TUHAN MENJADI MULUS

Sumber : Juswantori Ichwan-www.renunganharian.net

Rajawali Jatuh


Bacaan hari ini: Obaja 1:1-7
Ayat mas hari ini: Obaja 1:3
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 33-36

Tentang kesombongan, C.S. Lewis menulis, “Berhadapan dengan Allah, manusia berhadapan dengan Sosok yang keunggulannya dalam segala aspek tak tertandingi. Kalau Anda tidak melihat Allah sebagaimana adanya—dan dengan demikian melihat diri Anda secara mutlak tidak sebanding dengan Dia—Anda sama sekali tidak mengenal Allah. Selama Anda sombong, Anda tidak mungkin mengenal Allah. Orang yang sombong selalu memandang ke bawah, merendahkan orang lain dan segala sesuatu: dan, tentu saja, selama Anda melihat ke bawah, Anda tidak akan dapat melihat sesuatu yang ada di atas Anda.”

Sikap semacam itu diperlihatkan bangsa Edom. Mereka membanggakan kehebatan dan pengaruh mereka di tengah bangsa-bangsa lain. Mereka memegahkan perbentengan yang tinggi dan kokoh. Mereka menyombongkan kekayaan dan kemakmuran. Mereka mengandalkan persekutuan dengan negara-negara sahabat. “Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke bumi?” pikir bangsa itu. Mereka lalai; tidak memperhitungkan keberadaan Allah. Allah yang sanggup meninggikan dan merendahkan bangsa-bangsa semudah membalikkan telapak tangan. Terhadap bangsa Edom, Dia berfirman, rajawali pongah itu akan dijatuhkan.

Kesombongan berkaitan dengan cara pandang kita terhadap Allah serta siapa atau apa yang kita andalkan. Apakah kita menghormati Dia melalui sikap, ucapan, dan tindakan kita? Manakah andalan kita: diri sendiri, keunggulan yang kita miliki, atau Allah? Kiranya kita dijauhkan dari keangkuhan Edom dan belajar merendahkan diri di hadapan Allah.

KESOMBONGAN MENDATANGKAN KEJATUHAN

Sumber : Arie Saptadji-www.renunganharian.net

Caron Butler


Bacaan hari ini: Ratapan 3:39-48
Ayat mas hari ini: Ratapan 3:40
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 30-32

Caron Butler adalah pemain basket profesional yang bermain untuk tim Washington Wizards di Amerika Serikat. Saat ini ia dikenal sebagai pemain yang bukan saja hebat, tetapi juga mengabdi kepada masyarakat. Padahal semasa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang bermasalah dan pernah dipenjara. Namun ternyata justru di dalam penjara itulah, ia mengevaluasi hidupnya dan menyadari kesalahan-kesalahan yang telah ia perbuat. Maka ia pun berubah, sehingga bisa menjadi Caron Butler seperti yang dikenal sekarang.

Kesusahan yang kita alami kerap kali menjadi waktu yang tepat untuk kita berdiam diri dan mengevaluasi hidup. Inilah yang dilakukan oleh sang penulis ratapan ketika bersusah hati di tengah kondisi bangsanya yang porak-poranda. Ia bisa saja hanya mengasihani diri. Namun, bukan itu yang dilakukannya. Ia mengevaluasi hidup bangsanya dan menemukan bahwa situasi bangsanya ini sebenarnya disebabkan oleh dosa-dosa mereka kepada Tuhan. Dan bukan itu saja. Daripada berlarut-larut dalam sedih, ia mengajak bangsanya kembali kepada Tuhan.

Jika saat ini kita sedang berada dalam kesusahan, jangan hanya meratap dan mengasihani diri. Pakailah kesempatan ini untuk mengevaluasi diri. Pikirkan dengan jujur apakah situasi ini disebabkan oleh kesalahan kita sendiri. Memang tidak selalu demikian. Namun, ambillah kesempatan untuk benar-benar “menilai” hidup kita. Bagaimana sikap kita terhadap sesama, terhadap Tuhan? Waktu evaluasi akan menolong kita untuk memperbaiki kesalahan dan mengambil langkah yang baru.

PERTOBATAN = EVALUASI DIRI + TINDAKAN PEMULIHAN

Sumber : Alison Subiantoro-www.renunganharian.net

Mitra Sejajar


Bacaan hari ini: Hakim-hakim 4:1-10
Ayat mas hari ini: Hakim-hakim 4:8
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 26-29

Wanita dijajah pria sejak dulu. Dijadikan perhiasan sangkar madu. Namun, ada kala pria tak berdaya. Tekuk lutut di sudut kerling wanita.” Demikian petikan syair lagu lama berjudul Sabda Alam, ciptaan Ismail Marzuki. Ungkapan “wanita dijajah pria” dan “pria tekuk lutut di sudut kerling wanita”, menggambarkan seolah-olah pria dan wanita berhadapan sebagai lawan. Namun, harus diakui bahwa penggambaran seperti itulah yang kerap terjadi dalam kenyataan. Pria dan wanita tidak berdampingan sebagai mitra, tetapi sebagai pesaing; tidak saling mendukung, tetapi saling menundukkan; tidak saling melengkapi, tetapi saling mempreteli.

Hal ini jelas tidak sesuai dengan rencana Allah ketika menciptakan pria dan wanita. Di dalam Kejadian 1:27 dikatakan, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Artinya, baik pria maupun wanita sama-sama segambar dengan Allah; keduanya sama penting di hadapan Allah. Sederajat. Sepadan.

Debora dan Barak memberi contoh yang sangat baik tentang makna kemitraan pria dan wanita. Mereka bahu-membahu memimpin umat Israel mengalahkan musuhnya. Kuncinya adalah merendahkan hati untuk menyadari dan mengakui, bahwa masing-masing, pria dan wanita, saling membutuhkan. Pria tidak lengkap tanpa wanita, wanita tidak lengkap tanpa pria. Begitu juga dalam keluarga. Suami dan istri sama-sama pentingnya. Kalau suami itu “kepala” keluarga, istri adalah “leher” keluarga. Dengan kesadaran dan pengakuan demikian, pria dan wanita bisa membangun relasi berdasarkan saling menghargai dan menghormati.

KEMITRAAN PRIA DAN WANITA AKAN TERJALIN BAIK KALAU MASING-MASING PUNYA RASA RESPEK DAN HORMAT

Sumber : Ayub Yahya-www.renunganharian.net

Jangan Lupa Diri


Bacaan hari ini: Lukas 12:13-21
Ayat mas hari ini: Lukas 12:21
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 23-25

C.S. Lewis, dalam bukunya yang berjudul The Screwtape Letters, mengungkapkan, “Kesuksesan dan kemakmuran mengikat manusia kepada dunia. Manusia merasa mengejar kesuksesan dan kemakmuran sebagai suatu proses dalam hidup untuk menemukan tempatnya di dalam dunia. Padahal sebenarnya dunialah yang sedang mencuri tempat di dalam hatinya.”

Di dunia ini, kesuksesan dan kemakmuran seseorang umumnya diukur dengan kemapanan pekerjaan dan besar kecilnya penghasilan. Untuk mencapai hal-hal itu, acap kali kita sudah berencana sejak kecil, dengan belajar rajin dan bekerja keras agar dapat masuk ke sekolah unggulan, universitas favorit, dan akhirnya perusahaan yang bergengsi. Ditambah dengan persaingan yang semakin hari semakin ketat, kita pun belajar lebih rajin lagi dengan mengikuti les ini dan les itu—tiada habisnya, memacu diri dengan bekerja lembur, menghadiri malam-malam networking guna mencari peluang bisnis, dan sebagainya.

Pekerjaan yang mapan dan penghasilan yang besar tentu bukan sesuatu yang buruk. Akan tetapi, kita harus sangat berhati-hati saat berusaha mencapai prestasi dan penghasilan yang mapan. Jangan biarkan diri kita menjadi sangat terikat pada hal-hal tersebut, sebab keberadaan kita di dunia hanya sementara waktu. Seperti kisah orang kaya yang bodoh dalam firman Tuhan hari ini. Pemazmur mengatakan usia manusia mungkin tujuh puluh tahun, dan jika kuat delapan puluh tahun. Jadi, kita tak boleh berusaha terlalu keras atau merasa terlalu nyaman di dunia sampai melupakan kehidupan kekal.

Jangan melekatkan hati kepada harta kekayaan

Sumber : Mathias Dharmawirya-www.renunganharian.net

Waktu Bersama Allah


Bacaan hari ini: Roma 8
Ayat mas hari ini: Roma 8:26
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 20-22

Apabila kita berada di puncak gunung, kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa indah. Cakrawala terbentang. Sejauh mata memandang, alam semesta begitu indah hingga ke kaki langit. Matahari yang merekah. Awan yang berarak. Pepohonan yang hijau. Sawah ladang yang menguning. Aliran sungai yang meliuk dengan riaknya yang indah. Tak ada yang menghalangi pandangan mata kita. Namun, sangat berbeda kalau kita ada pada jarak dekat. Yang tampak adalah banyaknya semak belukar, pepohonan yang tak semua hijau, bahkan penuh ranting dan duri.

Serupa dengan itu, kita juga akan melihat hal yang luar biasa indah jika kita berada di tempat yang tinggi. Yakni apabila kita meletakkan hati kita di tempat Allah berada. Hanya dengan demikian, kita dapat melihat segala yang terjadi dalam kacamata Allah. Maka, segalanya akan tampak indah. Kita tidak akan kekurangan bahan untuk mengucap syukur. Dan, tidak terlalu sulit untuk mencapainya, hanya sejauh doa kita. Dengan memiliki relasi pribadi yang erat dengan Tuhan. Jika kita merasa lelah, beban begitu berat, berbagai persoalan menimpa, hingga hidup begitu hampa, datanglah kepada-Nya.

Terkadang lidah kita terasa kelu untuk mengungkapkan semua beban hidup ini. Ingatlah bahwa Allah Roh Kudus bersama kita. Dialah yang akan menolong kita untuk berdoa, sekalipun kerap kali kita tidak tahu apa yang harus kita ucapkan. Roh Kudus akan membawa kita ke hadirat Allah Yang Mahatinggi, dan menolong kita melihat semua hal yang ada dalam hidup kita, dari tempat Allah melihatnya. Di dalam doa, Dia menolong kita melihat indahnya lika-liku hidup kita bersama Allah.

DI TEMPAT ALLAH MELIHAT, KITA MENDAPATI BAHWA JIKA KITA BERSAMA-NYA, ITU SUDAH CUKUP!

Sumber : Susanto, S.Th-www.renunganharian.net

Figur Bapa


Bacaan hari ini: Efesus 6:1-9
Ayat mas hari ini: Efesus 6:4
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 17-19

Salah satu penyebab terbesar rusaknya generasi ini adalah karena mereka tidak mendapatkan figur bapa. Jika figur bapa dipulihkan, maka generasi ini juga akan mengalami pemulihan. Dalam buku Father’s Connection karya Josh McDowell, ada sebuah data yang sangat menarik. Pertama, Dr. Loren Moshen menemukan bahwa sebagian besar pelanggaran hukum yang dilakukan remaja dan pemuda sebenarnya bukan karena kemiskinan, tetapi karena ketidakhadiran ayah. Mereka tidak memiliki figur bapa. Kedua, 60% gadis remaja yang dibesarkan tanpa ayah, cenderung melakukan hubungan seks sebelum menikah. Ketiga, hampir sebagian besar hidup manusia dipengaruhi oleh orangtua. Jika dibesarkan dengan kecaman, anak jadi suka mencela. Jika dibesarkan dalam permusuhan, anak jadi suka bertengkar. Jika orangtua tak pernah mendukung, anak jadi minder dan tak percaya diri. Dan sebagainya.

Jika anak kita bertumbuh menjadi anak yang nakal, suka memberontak, bahkan melakukan tindakan-tindakan kriminal, yang pertama kali mesti dikoreksi bukanlah mereka, melainkan kita. Terlebih dulu kita perlu menjawab pertanyaan ini, “Apakah kita sudah menjadi figur bapa yang baik bagi mereka?”

Mungkin selama ini kita frustrasi mengubah sikap anak kita yang buruk. Sampai-sampai kita merasa gagal mendidik mereka. Kini, izinkan Roh Kudus membuka mata rohani kita, sehingga kita bisa lebih dulu berkomitmen untuk berubah. Agar kita dapat menjadi orangtua yang tak hanya berteori, tetapi memberi teladan hidup yang baik. Orangtua yang bijak dan punya integritas. Orangtua yang mampu membuat hati anak-anak bangga memiliki kita!

KETIKA FIGUR BAPA DALAM DIRI KITA DIPULIHKAN, ANAK-ANAK KITA JUGA PASTI MENGALAMI PEMULIHAN!

Sumber : Petrus Kwik-www.renunganharian.net

Mengasihi Musuh


Bacaan hari ini: Matius 5:43-48
Ayat mas hari ini: Matius 5:44
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 14-16

Uskup Agung Cranmer dikenal oleh banyak orang sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk mengasihi orang yang telah menyakiti hatinya. Sampai-sampai muncul pernyataan orang bahwa jika Anda mau berteman dengannya, sakitilah hatinya lebih dulu. Maka, ia akan melayani dan mengasihi Anda. Memang, mengasihi musuh bukanlah hal yang mudah. Kita cenderung lebih mudah untuk berkata, “Kalau dia berbuat jahat sekali kepada saya, saya akan membalasnya dua kali.” Namun, membalas kejahatan dengan kejahatan adalah cara dunia.

Alkitab mengungkapkan sebuah cara yang sangat berbeda dengan dunia. Untuk menghadapi musuh, kita tidak perlu buru-buru menggunakan senjata atau kepalan tangan, tetapi dengan kasih. Sebaliknya, anak-anak Tuhan membalas orang yang mencaci dan menganiaya mereka bukan dengan kekerasan atau kebencian, melainkan dengan doa. Inilah prinsip anak-anak Allah. Jikalau kita bersikap dan berbuat baik hanya kepada orang yang juga berlaku baik kepada kita, lalu apa bedanya anak Allah dengan orang yang tidak mengenal Allah (ayat 46,47)?

Untuk mempraktikkan perintah ini memang tidak mudah. Namun, jika kita mengaku sebagai anak-anak Allah, kita harus melakukannya. Mari kita mulai dengan langkah-langkah kecil. Berdoalah untuk musuh kita, lalu lakukan hal yang sederhana untuknya. Dalam hal ini Matthew Henry, seorang hamba Tuhan pada abad ke-16, mengusulkan agar kita belajar untuk membalas cercaan bukan dengan cercaan, melainkan dengan kata-kata yang sopan dan lemah lembut.

KASIH SEJATI AKAN TERUJI DI SAAT SULIT, SEPERTI KETIKA MENGHADAPI MUSUH YANG MEMBAWA SAKIT


Sumber : Riand Yovindra-www.renunganharian.net

Pantulan Matahari


Bacaan hari ini: Yeremia 23:21-24
Ayat mas hari ini: Yeremia 23:23
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 10-13

Sinar matahari dapat terpantul di berbagai tempat. Orang senang bertamasya ke pantai untuk menyaksikan matahari terbit atau terbenam, menyemburatkan pantulan yang elok di lautan. Jika Anda melintasi danau atau sungai pada hari yang cerah, matahari juga terpantul di sana. Kalau Anda hanya menemukan genangan air, di situ pun Anda dapat melihat pantulan matahari. Pada waktu pagi, tengoklah embun yang menempel di daun: matahari terpantul seperti lampu kecil yang amat cemerlang!

Pantulan sinar matahari hanyalah gambaran sekilas dari kemahahadiran Allah. Dia ada di mana-mana, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Melalui Nabi Yeremia, Allah menegaskan kembali kebenaran tersebut. Dia menegur orang-orang yang mengklaim berbicara atas nama Tuhan, tetapi sebenarnya mereka hanya mewakili dewa setempat yang serbaterbatas. Nubuatan mereka picik dan menyesatkan. Alih-alih memberikan tuntunan dan penghiburan, pernyataan mereka malah menimbulkan kebingungan dan mendatangkan keputusasaan.

Krisis global saat ini dapat membuat kita diliputi keragu-raguan. Benarkah Allah mengetahui dan memedulikan situasi kehidupan kita? Sanggupkah Allah menolong kita mengatasi masalah yang pelik dan tak terkendali? Kemahahadiran Allah kiranya menghibur dan menguatkan kita. Allah tidak pernah meninggalkan kita. Dia menyertai kita senantiasa, dan kita dapat mengandalkan pertolongan-Nya. Tidak ada perkara yang terlalu kecil, sehingga Dia mengabaikannya. Tidak ada pula perkara yang terlalu besar, sehingga Dia tidak sanggup mengatasinya.

JANGAN MELIHAT PADA BETAPA BESARNYA MASALAHMU. LIHATLAH PADA BETAPA BESARNYA ALLAHMU

Sumber : Arie Saptaji-www.renunganharian.net

Suka Dipenjara


Bacaan hari ini: 2 Korintus 12:20–13:5
Ayat mas hari ini: Efesus 4:17,19
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 7-9

Enam tahun lamanya Danny Villegas dipenjara karena merampok bank. Setelah bebas, ia bekerja di perusahaan konstruksi, tetapi merasa bosan. Ia merindukan hidup di penjara lagi. Maka, Danny mendatangi Bank Credit Union di Florida. Ia merampok uang di kasir lalu berkata: “Sekarang kamu boleh menelepon polisi.” Sementara kasir menelepon polisi, Danny duduk di lobi menanti polisi datang. Lalu ia menyerahkan diri, agar bisa dijebloskan ke penjara lagi.

Seperti Danny, orang percaya pun bisa tergoda untuk kembali dalam hidup lama. Rasul Paulus mensinyalir hal itu terjadi di jemaat Korintus. Mereka kembali pada dosa masa lalu. Melakukan dosa-dosa mencolok yang merusak relasi antarsesama (ayat 20) maupun dosa seksual (ayat 21). Memang kota Korintus adalah kota pelabuhan yang terkenal dengan imoralitasnya. Daya pikat dosa rupanya merembes masuk ke dalam jemaat. Telah berkali-kali Paulus menegur agar mereka mengubah cara hidupnya, tetapi mereka lalai dan terbuai. Paulus berjanji akan datang menemui mereka dengan teguran keras. Ia meminta tiap orang memeriksa diri (ayat 5).

Daya pikat dosa dewasa ini masih sama hebatnya. Lewat kemajuan teknologi media dan internet, kita dapat terbujuk masuk ke dalam dunia dan gaya hidup yang berdosa. Jika bersikap kompromis, pencemaran bisa terjadi tanpa kita sadari. Membuat kita kembali dalam penjara dosa. Turutilah nasihat Paulus: “Ujilah dirimu sendiri!” Adakan chek-up rutin kerohanian Anda. Dari daftar dosa yang disebut Paulus di ayat 20 dan 21, masih adakah yang menguasai Anda?

PENJARA DOSA TIDAK TAMPAK MENYERAMKAN. IA TERLIHAT SEPERTI TAMAN HIBURAN

Sumber : Juswantori Ichwan-www.renunganharian.net

sEaRch

Pembina Pemuda (Ev. Oktavianus, S.Th)

Pembina Pemuda (Ev. Oktavianus, S.Th)

Biography

Nama : Oktavianus
TTL : Nangapinoh, 14 Oktober 19....sekian
Umur : Kepala 2 + 6 tangan
Hobby : Music, berenang, n ke warung mBah,,,
Makanan favorit : Apapun asalkan soPAn...
Minuman favorit : apapun kecuali es kEroNcoNg (trauma)
Motto : "Tetap Setia. . ."

Yeremia 29:11 " Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."


- written by PPM N412i5 -


pEnyuSup

home page statistics

nGobRol BarenG


ShoutMix chat widget